Daftar isi
Halaman judul...................................................................................... i
KATA PENANTAR................................................................................ ii
Daftar isi................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
Latar belakang.......................................................................................... 1
Rumusan masalah...................................................................................... 1
Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2
1. KEBUDAYAAN GENDURI/SELAMATAN………….………... 2
a. Upacara selamatan kelahiran……………………………….….. 2
b. Syukuran mantenan / pernikahan……………………………..... 4
c. Syukuran kematian………….……………………………… …. 6
BAB III PENUTUP………………………………………………….. 10
Kesimpulan…………………………………………………… 10
Daftar pustaka………………………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia hidup di dunia adalah sebagai pelaku sejarah dimana mereka tinggal dan menciptakan sesuatu hal serta melakukanya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak hal yang mereka lakukan dan bisa dilakukan oleh generasi-generasi selanjutnya atau penerus dari kebiasaan-kebiasaan tersebut yang selanjutnya memunculkan suatu kebudayaan.
Banyak macam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam bentuk kelompok kecil maupun kelompok yang cukup besar hal ini menunjukan banyaknya kebiasaan masyarakat atau kebudayaan dalam lingkup kehidupan dalam bermasyarakat.
A. Latar Belakang
Kebudayaan yang ada dalam masyarakat dan perlu dikembangkan sesuai dengan arah dan tujuan yang baik pula serta dalam koridor tertentu tidak menyimpang sesuai dengan aturan yang berlaku.
B. Tujuan
Makalah ini disusun untuk menambah ilmu pengetahuan serta sebagai tugas mata kuliah dan juga diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
C. Rumusan Masalah
· Apa yang di maksud dengan genduri ?
· Apa sajakah yang digunakan dalam acara genduri ?
· Apa saja macam-macam genduri?
BAB II
PEMBAHASAN
1. KEBUDAYAAN GENDURI/SELAMATAN
Suatu kebiasaan yang terjadi dan dilakukan oleh masyarakat dan merupakan suatu kebudayaan yang ada dalam lingkungan masyarakat dalam hal-hal tertentu yang dilakukan sesuai denag aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat pada umumnya. Hal ini dilakukan oleh masyarakan karena kebiasaan yang sudah ada.
Banyak macam dari genduri atau upacara tersebut dalam masyarakat dan mempunyai maksud-maksud tertentu karena alam konsep-konsep yang telah tersusun dalam kepecayaan masyarakat, hal ini menimbulkan banyak cara dan jenis-jenis genduri atau upacara tersebut.
Beberapa macam genduri atau upacara selamatan seperti upacara selamatan kelahiran, pernikahan dan juga kematian yang dilakukan atau sudah biasa dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk-bentuk atau konsep-konsep yang ada dalam masyarakat.
Dari pendapat tokoh/sesepuh masyarakat mengatakan yaitu Bapak Suyitno mengatakan “ kunci walimah sing penting ikhlas” hal ini dimaksudkan bahwa genduri atau syukuran ini adalah rasa ikhlas tanpa pamrih dalam melakukan acara tersebut dalam konsep keagamaan adalah sodaqoh yang merupakan suatu amalan.[1] Hal ini ada dalam berbagai macam upacara-upacara selamatan seperti;
a. Upacara selamatan kelahiran
Banyak macam yang dilakukan dalam proses syukuran bayi lahir seperti upacara selamatan Sepasaran bayi lahir 5 hari atau 5 malam, mitung mbengeni bayi lahir 7 hari atau 7 malam, maguti bayi lahir 44 malam, neloni bayi lahir 3 bulan, mitoni bayi lahir 7 bulan, nyetahuni bayi lahir 1 tahun, ngaro tengahi bayi lahir 1,5 tahun inilah upacara yang dilakukan dalam masyarakat dalam acara kelahiran bayi.
Syukuran tersebut biasanya menyertakan sesaji-sesaji yang menyimbolkan dari maksud genduri atau syukuran tersebut, seperti;[2]
1. Buceng / buceng sengkolo ale omah-omah.
Yaitu bentuk sesaji yang dibuat dari nasi dan dibentuk menyerupai gunung atau juga gunungan. Hal ini di maksudkan bahwa dari pihak atau orang yang melakukan syukuran minta do’a atau berdo’a kepada tuhan yang maha kuasa agar diberi keselamatan dunia dan akhirat serta banyak rejeki.
2. Mule / Mule poro luhur.
Menyimbolkan atau dimaksudkan mngirim do’a atau mendo’akan kepada arwah-arwah orang yang sudah meninggal atau yang sudah mendahului agar mendapat ampunan dosa-dosanyanya dari tuhan yang maha esa.
3. Metri / mule metri sedulur mbok bayi.
Bentuk kemongan atau gunungan nasi kecil-kecil yang dimaksudkan untuk mendampingi dari ibu bayi begitu adat jawa member maksud dari sesaji tersebut.
4. Ambeng brokohan si jabang bayi.
Nasi yang ada hiasan sayur dan biasannya disertai juga dengan kulupan kluwih. Sesaji ini mempunyai maksud meminta barokah atau juga do’a kepada orang-orang yang di undang agar bayi atau anak tersebut menjadi anak yang sholeh atau sholihah.
5. Jenang abang putih.
Bentuk sesaji yang terbuat dari tepung berwarna putih dan yang dimaksudkan jenang abang itu juga terbuat dari tepung putih yang dikasih gula merah. Sesaji ini memberikan wejangan bahwa manusia itu berasal dari merah dan putih aatau juga dari laki-laki dan perempuan.
6. Rasul
Sesaji yang terdiri dari nasi gurih atau dikasih bumbu dan diatasnya ditaruh ayam rebus. Sesaji yang dibuat dan mempunyai maksud meminta safaat atau barokah yang di tujukan kepada nabi muhaammad SAW.
Sesaji-sesaji tersebut biasa digunakan dalam syukuran kelahiran bayi yang mempunyai banyak kandungan atau maksud-maksud ntertentu. Dan juga sebagai bentuk kebudayaan dalam masyarakat yang sudah biasa dilakukan.
b. Syukuran mantenan / pernikahan.
Bentuk syukuran / genduri yang dilakukan pada saat kegiatan pernikahan, dalam adat jawa syukuran ini biasa dilakukan dan sudah menjadi tradisi atau kebudayaan yang banyak mengandung kepercayaan-kepercayaan dari pihak masyarakat yang melakukan hal ini, banyak macam daru bentuk-bentuk sesaji yang ada dalam upacara ini, seperti; [3]
1. Rasul.
Sesaji yang terdiri dari nasi gurih atau dikasih bumbu dan diatasnya ditaruh ayam rebus. Sesaji yang dibuat dan mempunyai maksud meminta safaat atau barokah yang di tujukan kepada nabi muhaammad SAW. Dalam upacara perkawinan atau pernikahan biasa disertakan.
2. Engget lan semoyo temanten sekaro.
Engget yaitu ayam kukus yang dibungkus dengan daun pisang dengan jumlah tertentu. Semoyo yaitu sesaji yang biasanya terdiri dari krecek/rengginag, pisang goring, pisang sale, paes dll.
Yang mempunyai maksud untuk membatasi jejaka dan perawan pada saat pernikahan yaitu pada saat pernikahan sudah hilang status jejaka dan perawan dan masuk dalam tatanan rumah tangga.
3. Mule poro luhur.
Mengirim do’a atau mendo’akan kepada arwah-arwah orang yang sudah meninggal atau yang sudah mendahului agar mendapat ampunan dosa-dosanyanya dari tuhan yang maha esa. Yaitu sesaji yang di maksudkan sebagai symbol dengan maksud yang ditujukan kepada para leluhur atau arwah.
4. Punar sejodo.
Bentuknya terbuat dari nasi kuning yang dihiasi dengan janur atau daun kelapa muda. Yang mempunyai arti dan maksud untuk mempersatukan rasa atau perasaan dari laki-laki dan perempuan pada saat hari pernikahan tersebut.
5. Mule metri dulur temanten sekaro.
Mempunyai kandungan arti atau mksud untuk mendampingi kedua mempelai agar mendapatkatkan kekuatan lahir dan batin.
6. Jenang abang putih.
Bentuk sesaji yang terbuat dari tepung berwarna putih dan yang dimaksudkan jenang abang itu juga terbuat dari tepung putih yang dikasih gula merah. Sesaji ini memberikan wejangan bahwa manusia itu berasal dari merah dan putih aatau juga dari laki-laki dan perempuan.
7. Buceng / buceng sengkolo ale omah-omah.
Yaitu bentuk sesaji yang dibuat dari nasi dan dibentuk menyerupai gunung atau juga gunungan. Hal ini di maksudkan bahwa dari pihak atau orang yang melakukan syukuran minta do’a atau berdo’a kepada tuhan yang maha kuasa agar diberi keselamatan dunia dan akhirat serta banyak rejeki.
c. Syukuran kematian
Bentuk syukuran yang dilakukan pada saat adanya kematian banyak macam syukuran yang dada dalam masyarakat, seperti syukuran telung dino 3 hari, pitung dino 7 hari, matang puluh 40 hari, nyatus 100 hari, mendak, dan juga nyewu 1000 hari. Adapun sesaji dalam syukuran ini antara lain;
1. Rasulan / mrengeti kanjeng nabi.
Sesaji yang terdiri dari nasi gurih atau dikasih bumbu dan diatasnya ditaruh ayam rebus. Sesaji yang dibuat dan mempunyai maksud meminta safaat atau barokah yang di tujukan kepada nabi muhaammad SAW. Dalam upacara syukuran kematian biasa disertakan.
2. Mule poro luhur.
Mengirim do’a atau mendo’akan kepada arwah-arwah orang yang sudah meninggal atau yang sudah mendahului agar mendapat ampunan dosa-dosanyanya dari tuhan yang maha esa. Yaitu sesaji yang di maksudkan sebagai symbol dengan maksud yang ditujukan kepada para leluhur atau arwah.
3. Buceng ungkur-ungkuran.
Sesaji ini mempunyai maksud agar arwah atau orang yang sudah meninggal diberi ampunan dan juga keselamatan dalam alam kubur dan juga alam akhiratnya serta diberi kekuatan kepada keluarga atau sanak family yang di tinggalkan.
4. Jenang abang putih.
Bentuk sesaji yang terbuat dari tepung berwarna putih dan yang dimaksudkan jenang abang itu juga terbuat dari tepung putih yang dikasih gula merah. Sesaji ini memberikan wejangan bahwa manusia itu berasal dari merah dan putih aatau juga dari laki-laki dan perempuan.
5. Ketan kolak apem.
Hal ini dimaksudkan agar arwah atau orang yang meninggal dapat tempat yang layak disisinya serta diterima amal dan ibadahnya.
6. Buceng / buceng sengkolo ale omah-omah.
Yaitu bentuk sesaji yang dibuat dari nasi dan dibentuk menyerupai gunung atau juga gunungan. Hal ini di maksudkan bahwa dari pihak atau orang yang melakukan syukuran minta do’a atau berdo’a kepada tuhan yang maha kuasa agar diberi keselamatan dunia dan akhirat serta banyak rejeki.
Selamatan orang meninggal dalam hitungan orang jawa menurut hari dan pasaran waktu meninggalnya. [4]
Hari dan pasaran | 3 hari | 7 hari | 40 hari | 100 hari | mendak | 1000 hari |
Jm kl St lg Ah pa Sn pn Sl wg Rb kl Km lg Jm pa St pn Ah wg Sn kl Sl lg Rb pa Km pn Jm wg St kl Ah lg Sn pa Sl pn Rb wg Km kl Jm lg St pa Ah pn Sn wg Sl kl Rb lg Km pa Jm pn St wg Ah kl Sn lg Sl pa Rb pn Km wg | Ah pa Sn pn Sl wg Rb kl Km lg Jm pa St pn Ah wg Sn kl Sl lg Rb pa Km pn Jm wg St kl Ah lg Sn pa Sl pn Rg wg Km kl Jm lg St pa Ah pn Sn wg Sl kl Rg lg Km pa Jm pn St wg Ah kl Sn lg Sl pa Rb pn Km wg Jm kl St lg | Km lg Jm pa St pn Ah wg Sn kl Sl lg Rb pa Km pn Jm wg St kl Ah lg Sn pa Sl pn Rb wg Km kl Jm lg St pa Ah pn Sn wg Sl kl Rb lg Km pa Jm pn St wg Ah kl Sn lg Sl pa Rb pn Km wg Jm kl St lg Ah pa Sn pn Sl wg Rb kl | Sl wg Rb kl Km lg Jm pa St pn Ah wg Sn kl Sl lg Rb pa Km pn Jm wg St kl Ah lg Sn pa Sl pn Rb wg Km kl Jm lg St pa Ah pn Sn wg Sl kl Rb lg Km pa Jm pn St wg Ah kl Sn lg Sl pa Rb pn Km wg Jm kl St lg Ah pa Sn pn | St wg Ah kl Sn lg Sl pa Rb pn Km wg Jm kl St lg Ah pa Sn pn Sl wg Rb kl Km lg Jm pa St pn Ah wg Sn kl Sl lg Rb pa Km pn Jm wg St kl Ah lg Sn pa Sl pn Rb wg Km kl Jm lg St pa Ah pn Sn wg Sl kl Rb lg Km pa Jm pn | Sn pn Sl wg Rb kl Km lg Jm pa St pn Ah wg Sn kl Sl lg Rb pa Km pn Jm wg St kl Ah lg Sn pa Sl pn Rb wg Km kl Jm lg St pa Ah pn Sn wg Sl kl Rb lg Km pa Jm pn St wg Ah kl Sn lg Sl pa Rb pn Km wg Jm kl St lg Ah pa | Rb wg Km kl Jm lg St pa Ah pn Sn wg Sl kl Rb lg Km pa Jm pn St wg Ah kl Sn lg Sl pa Rb pn Km wg Jm kl St lg Ah pa Sn pn Sl wg Rb kl Km lg Jm pa St pn Ah wg Sn kl Sl lg Rb pa Km pn Jm wg St kl Ah lg Sn pa Sl pn |
Keterangan.
Contoh;
Orang meninggal pada hari km wg (lihat kolom paling bawah) 3 hari tiba St. Lg. 7 hari tiba Rb. Kl. 40 hari tiba Sn. Pn. 100 hari tiba Jm. Pn. Mendhak tiba Ah. Pa. 1000 hari tiba Sl. Pn. Dan seterusnya.[5]
Artinya;
Jm. Jumuah / jum’at Kl. kliwon
St. Saptu / sabtu Lg. legi
Ah. Ahad / minggu Pa. pahing
Sn. Senen / senin Pn. pon
Sl. Seloso / selasa Wg. wage
Rb. Rebo / rabo
Km. kenis / kamis
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Genduri merupakan suatu bentuk kebudayaan yang ada dalam masyarakat adat jawa yang mengandung arti syukuran atau juga selamatan dalam kosep cara berdo’a kepada tuhan yang maha esa.
DAFTAR PUSTAKA
Soemodidjojo, R. 2001. Kitab primbon Betaljemur Adammakna. Ngayogyakarta: CV. Buana Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar